Sabtu, 27 September 2014

sistem informasi psikologi



Psikologi didefinisikan sebagai kajian ilmiah tentang tingkahlaku dalam proses mental organisasi.
Informasi adalah data yang sudah diolah, dibentuk, atau dimanipulasi sesuai dengan keperluan tertentu. Data adalah fakta yang sudah ditulis dalam bentuk catatan atau direkam ke dalam berbagai bentuk media (contohnya komputer).

Dari dua definisi informasi diatas menurut kedua tokoh tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa informasi adalah data yang sudah diolah menjadi bentuk yang berguna bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendatang dalam berbagai bentuk media.
SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI
Sebelum menjelaskan pengertian sistem informasi psikologi, saya akan menjelaskan arti dari psikologi itu sendiri.

Psikologi menurut Carole Wade & Carol Travis (2007) adalah disiplin ilmu yang berfokus pada perilaku & berbagai proses mental serta bagaimana perilaku & berbagai proses mental itu dipengaruhi oleh kondisi mental organisme & dari lingkungan eksternal.

Lalu definisi menurut Heru Basuki (2008), bahwa psikologi itu adalah ilmu pengetahuan ilmiah yang mempelajari perilaku, sebagai menifestasi dari kesadaran proses mental, aktivitas motorik, kognitif, & emosional.

Dari definisi psikologi kedua tokoh diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi itu adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku & proses mentalnya.

Menurut Kertahadi (dalam Al Fatta, 2007) sistem informasi adalah suatu alat utnuk menyajikan informasi dengan cara sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Tujuannya adalah untuk menyajikan informasi guna pengambilan keputusan pada perencanaan, pengorganisasian, pengendalian kegiatan operasi subsistem suatu perusahaan, dan menyajikan sinergi organisasi pada proses.

Menurut Irene Joos, dkk (2009) sistem informasi adalah suatu sistem yang memiliki tujuan sendiri untuk menghasilkan informasi dengan menggunakan sistem input/process/output.

Menurut Chr. Jimmy L. Gaol (2008) sistem informasi psikologi bertujuan mendapatkan pemahaman bagaimana manusia pembuat keputusan merasa dan menggunakan informasi formal.

Berdasarkan ketiga definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi psikologi adalah sebuah sistem yang memiliki tujuan untuk menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi penerima berupa data tentang psikologi.

sumber:  wordpress.com/sistem-informasi-psikologi/


Psikologi didefinisikan sebagai kajian ilmiah tentang tingkahlaku dalam proses mental organisasi.
Informasi adalah data yang sudah diolah, dibentuk, atau dimanipulasi sesuai dengan keperluan tertentu. Data adalah fakta yang sudah ditulis dalam bentuk catatan atau direkam ke dalam berbagai bentuk media (contohnya komputer).

Dari dua definisi informasi diatas  tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa informasi adalah data yang sudah diolah menjadi bentuk yang berguna bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendatang dalam berbagai bentuk media.
SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI
Sebelum menjelaskan pengertian sistem informasi psikologi, saya akan menjelaskan arti dari psikologi itu sendiri.

Psikologi menurut Carole Wade & Carol Travis (2007) adalah disiplin ilmu yang berfokus pada perilaku & berbagai proses mental serta bagaimana perilaku & berbagai proses mental itu dipengaruhi oleh kondisi mental organisme & dari lingkungan eksternal.

Lalu definisi menurut Heru Basuki (2008), bahwa psikologi itu adalah ilmu pengetahuan ilmiah yang mempelajari perilaku, sebagai menifestasi dari kesadaran proses mental, aktivitas motorik, kognitif, & emosional.

Dari definisi psikologi kedua tokoh diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi itu adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku & proses mentalnya.

Menurut Kertahadi (dalam Al Fatta, 2007) sistem informasi adalah suatu alat utnuk menyajikan informasi dengan cara sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Tujuannya adalah untuk menyajikan informasi guna pengambilan keputusan pada perencanaan, pengorganisasian, pengendalian kegiatan operasi subsistem suatu perusahaan, dan menyajikan sinergi organisasi pada proses.

Menurut Irene Joos, dkk (2009) sistem informasi adalah suatu sistem yang memiliki tujuan sendiri untuk menghasilkan informasi dengan menggunakan sistem input/process/output.

Menurut Chr. Jimmy L. Gaol (2008) sistem informasi psikologi bertujuan mendapatkan pemahaman bagaimana manusia pembuat keputusan merasa dan menggunakan informasi formal.

Berdasarkan ketiga definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi psikologi adalah sebuah sistem yang memiliki tujuan untuk menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi penerima berupa data tentang psikologi.

sumber:  wordpress.com/sistem-informasi-psikologi/

Kamis, 26 Juni 2014

tugas portofolio 4



Terapi kelompok, terapi keluarga, dan terapi bermain
A. Terapi kelompok

1. Konsep Dasar: Pandangan terapi kelompok tentang kepribadian
   
       Terapi kelompok memandang bahwa manusia itu makhluk yang unik, dan dinamis, setiap manusia memiliki karakteristik yang berbeda. Setiap manusia memiliki problem yang berbeda-beda, oleh karena itulah setiap orang tidak sama dalam menangani suatu pemecahan masalah.

2. Unsur-unsur terapi: munculnya gangguan, tujuan terapi, dan peran terapis.

       a. Munculnya gangguan
            Terapi kelompok digunakan ketika klien tidak berhasil dalam penanganan secara terapi individu.
       b. Tujuan terapi
             - Meningkatkan identitas diri
             - Menyalurkan emosi dna membagi perasaan antar sesama didalam kelompok terapis
             - Meningkatkan keterampilan hubungan sosial
             - Meningkatkan kemampuan hidup mandiri
       c. Peran terapis
             Terapis harus memainkan peranan yang aktif dalam mendorong kelompok untuk mencapai tujuan atau harapannya.

3. Teknik-teknik terapi
     - Melibatkan para anggotanya untuk terbuka dan aktif
     - Terapis turut membantu klien untuk melepaskan segala kecanggungannya, agar lebih bisa terbuka dan menceritakan masalah yang dialaminya.
    - Berfokus pada satu topik permasalahan yang hendak diselesaikan pertama kali.


B. Terapi keluarga

1. Konsep dasar: Pandangan terapi keluarga tentang kepribadian
    Terapi keluarga mempunyai pandangan bahwa kepribadian manusia pertama kalinya dibentuk didalam lingkaran keluarga.

2. Unsur-unsur terapi: munculnya gangguan, tujuan terapi, dan peran terapis.

    a. Munculnya gangguan
        Terapi keluarga digunakan ketika permasalahan terkait dengan keluarga, seperti suami dengan istri- orang tua dengan anaknya, atau antar saudara.

    b. Tujuan terapi
        - Menurunkan konflik kecemasan keluarga
        - Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing keluarga
        - Meningkatkan hubungan peran yang sesuai
        - Membantu keluarga untuk menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar keluarga

     c. Peran terapis
         Terapis melakukan pemahaman tentang arti dan peran dari masing-masing keluarga, serta membantu untuk meningkatkan peran serta keluarga agar kuat dalam menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar keluarga.


C.Terapi bermain

    1. Konsep dasar: Pandangan terapi bermain terhadap kepribadian
        Terapi ini lebih cocok diberikan kepada anak-anak yang berkebutuhan khusus, pandangan terapi bermain adalah setiap anak yang mempunyai kebutuhan khusus memiliki kepribadian yang relatif sama hanya penanganannya yang berbeda.


   2. Unur-unsur terapi: Munculnya gangguan, tujuan terapi, peran terapis.

       a. Munculnya gangguan
           Terapi diberikan ketika seorang anak mengalami gejala-gejala yang lain daripada anak lainya seperti hyperaktif.

       b. Tujuan terapi
            Mengembangkan gerak seorang anak (psyhcomotorik) serta adaptasi sosial seorang anak

        c. Peran terapis
             Terapis turut serta dalam permainan anak.


D. Review

    1. Terapi Psikoanalisa
          Tokoh: Sigmund Freud
          Teknik Terapi: Asosiasi Bebas

      2. Terapi Humanistik eksistensial
          Tokoh: Abraham Maslow
           Teknik Terapi: Hierarki Kebutuhan
     
      3. Person center therapy
          Tokoh: Carl Rogers
          Teknik terapi: Memberikan pengertian dan penerimaan pada klien mengenai dirinya yang utuh

     4. Logo Terapi
         Tokoh: Victor Frankl
         Teknik Terapi: Klien diajarkan bahwa setiap kehidupan dirinya mempunyai maksud, tujuan dan  makna yang harus diupayakan untuk ditemukan dan dipenuhi.

     5. Analisa Transaksional
         Tokoh: Eric Berne
         Teknik Terapi: Analisis Struktur, analisis terhadap status ego yang menjadi dasar struktur kepribadian klien yang terlihat dari respon atau stimulus klien dengan orang lain.

     6. Rational emotive therapy
         Tokoh: Albert Ellis
         Teknik Terapi: Assertive Adaptive, Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan.

    7. Terapi Perilaku
        Tokoh: B.F Skinner
        Teknik Terapi: Pemodelan (modelling) yaitu mencotohkan dengan menggunakan belajar observational.

    8. Terapi Kelompok
        Tokoh: -
        Teknik Terapi: Melibatkan para anggotanya untuk terbuka dan aktif pada saat terapi

    9. Terapi Keluarga
        Tokoh: -
        Teknik Terapi: Klien akan diberikan hubungan peran yang sesuai.

    10. Terapi Bermain
          Tokoh: -
          Teknik Terapi: Diberikan permainan yang menuntut agar aktif bergerak psikomotoriknya.


Senin, 12 Mei 2014

tugas portofilio 3



I.                   Analisis transaksional (berne)
a.     Konsep dasar , pandangan analisis transaksional tentang kepribadian.
Dikembangkan oleh Eric Berne yang menjelaskan perlunya memahami diri agar dapatmembina hubungan baik dengan sesama manusia merupakan masalah yang mendasar. Analisistransaksional mengkaji secara mendalam tentang proses transaksi (proses pertukaran) pesan- pesan di antara para peserta komunikasi.Karena dalam komunikasi antarpersona terdapat proses dialogis pesan di antara orang-orangyang terlibat.Teori ini memjelaskan bahwa setiap individu memiliki tiga ego, yaitu;
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjI-YHIn1pC5Ab8qj8IyCPS34cKweIRIDzinQdSXmkDOhOlDLPkrS16oaWvRYTZYVPrm0_RU6qumlb49fs4S33HsrZGgbyuvbYFGUR1lP5oPIeO4qT_chxmUsSO9P7PuLxSUakCeEyloJRy/s320/transactional-analysis-ego-states-first-order.gif
  • Ego orang tua (Parents=P)


  • Ego orang dewasa (Adult=A)
b.    Unsur terapi
1.      Munculnya ganguan
2.      Tujuan terapi
Tujuan utama dari AT adalah membantu klien dalam membuat keputusan-keputusan baru yang berhubungan tingkah lakunya saat ini dan arah hidupnya. Sedangkan sasarnya adalah mendorong klien agar menyadari, bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh ketusan awal mengenai posisi hidupnya serta pilihan terhadap cara-cara hidup yang stagnan dan deterministik. Menurut Berne (1964) dalam Corey (1988) bahwa tujuan dari AT adalah pencapaian otonom yang diwujudkan oleh penemuan kembali tiga karakteristik; kesadaran, spontanitas, dan keakraban.

Penekanan terapi adalah menggantikan gaya hidup yang ditandai oleh permainan yang manipulatif dan oleh skenario-skenario hidup yang menyalahkan diri dan gaya hidup otonom ditandai dengan kesadaran spontanitas dan keakraban. Menurut Haris (19967) yang dikutip dalam Corey (1988) tujuan pemberian treatment adalah menyembuhkan gejala yang timbul dan metode treatment adalah membebaskan ego Orang Dewasa sehingga bisa mengalami kebebasan memilih dan penciptaan pilihan-pilihan baru atas pengaruh masa lampau yang membatasi. Tujuan terapeutik, dicapai dengan mengajarkan kepada klien dasar-dasar ego Orang Tua, ego Orang Dewasa, dan ego Anak. Para klien dalam setting kelompok itu belajar bagaimana menyadari dan menjabarkan ketiga ego selama ego-ego tersebut muncul dalam transaksi-transaksi kelompok.

3.      Peran terapis
Harris (1967) yang dikutip dalam Corey (1988) memberikan gambaran peran terapis, seperti seorang guru, pelatih atau nara sumber dengan penekanan kuat pada keterlibatan. Sebagai guru, terapis menerangkan konsep-konsep seperti analisis struktural, analisis transaksional, analisis skenario, dan analisis permainan. Selanjutnya menurut Corey (1988), peran terapis yaitu membantu klien untuk membantu klien menemukan suasana masa lampau yang merugikan dan menyebabkan klien membuat keputusan-keputusan awal tertentu, mengindentifikasikan rencana hidup dan mengembangkan strategi-strategi yang telah digunakannya dalam menghadapi orang lain yang sekarang mungkin akan dipertimbangkannya. Terapis membantu klien memperoleh kesadaran yang lebih realistis dan mencari alternatif-alternatif untu menjalani kehidupan yang lebih otonom.
Terapis memerlukan hubungan yang setaraf dengan klien, menunjuk kepada kontrak terapi, sebagai bukti bahwa terapis dan klien sebagai pasangan dalam proses terapi. Tugas terapi adalah, menggunakan pengetahuannya untuk mendukung klien dalam hubungannya dengan suatu kontrak spesifik yang jelas diprakarsai oleh klien. Konselor memotivasi dan mengajari klien agar lebih mempercayai ego Orang Dewasanya sendiri ketimbang ego Orang Dewasa konselor dalam memeriksa keputusan–keputusan lamanya serta untuk membuat keputusan-keputusan baru.
c.       Teknik terapi analisis transaksional
Dalam AT konseling diarahkan kepada bagaimana klien bertransaksi dengan lingkungannya. Karena itu, dalam melakukan konseling ini, terapist memfokuskan perhatian terhadap apa yang dikatakan klien kepada orang lain dan apa yang dikatakan orang lain kepada klien. Untuk itu, teknik yang sering digunakan dalam AT diantaranya adalah analisis struktur, analisis transaksional, analisis skript, dan analisis mainan.
1.      Analisis Struktur
Analisis struktur maksudnya adalah analisis terhadap status ego yang menjadi dasar struktur kepribadian klien. Analis hendaknya bisa mengenal 1) apakah klien menggunakan ego state tertentu, 2) apakah ego state klien, normal, terkontaminasi atau eksklusif, dan 3) bagaimanakah energi egogram klien tersebut.
Dengan mengetahui struktur ego state klien, akan diketahui masalah yang dihadapi klien. Bila klien dominan menggunakan ego state A masalah yang dihadapinya kurngnya rasa pecaya diri atau dipandang rendah o rang lain. Bila O yang domninan maka klien tengah ditakuti, dijauhi, disishkan atau diasingkan orang lain.
2.      Analisis transaksional
Transaksi antara konselor – klien pada hakekatnya adalah tranasksi antar status ego keduanya. Konselor menganalisa status ego yang terlihat dari respons atau stimulus klien. Dengan orang lain Baik dari kata-kata yang diungkapkan klien, maupun dengan bahasa non verbal. Data atau informasi yang diperoleh dari transaksi dijadikan konselor untuk bahan analisis atau problem yang dihadapi klien.
3.      Analisis Mainan
Analisis mainan adalah analisis hubungan transaksi yang terselubung antara Klien dengan konselor atau dengan Lingkungannya. Mungkin Klien dalam transaksinya sering mengumpulkan “kupon emas atau kupon Coklat” (perasaan menang atau perasaan kalah). Bila klien dalam games sering berperan sebagai pemenang, maka ada kemungkinan ia menjadi amat takut sewaktu-waktu akan menerima kopon cokelat yang banyak.
4.      Analisis Skript
Analisis Skript ini merupakan usaha terapist yang terakhir, dan diperlukan mengenal proses terbentuknya skript yang dimiliki klien. Analisis skript ini hendaknya sampai menyelidiki transaksi seseorang sejak masa kecil dan standar sukses yang telah ditanamkan orang tuanya.
Disamping keempat macam teknik yang digunakan di atas, treatment dari AT sering pula menggunakan teknik khusus, seperti: Interogasi, Spesifikasi, Konfrontasi, Eksplanasi, Ilustrasi, Konformasi, Interpretasi, Kristalisasi
II.               Rational emotive therapy
a.     Konsep dasar pandangan Rational emotive therapy tentang kepribadian
Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional.
Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
b.      Unsur-unsur terapi
1.      Munculnya gangguan
2.      Tujuan terapi
Adapun tujuan utama Rational Emotive Therapy ini adalah menghilangkan kecemasan, ketakutan, kekhawatiran, dan ketidakyakinan diri. Dan untuk mencapai perilaku yang rasional, kebahagiaan, dan aktualisasi diri (Mappiare, 2010). Dalam konseling rational emotive, seorang konselor harus menempatkan dirinya sebagai seorang pribadi yang lebih aktif untuk menelusuri masalah yang dihadapi seorang klien
3.      Peran terapi
Rational Emotive Therapy ini adalah mengajak dan membuka ketidaklogisan pola berfikir klien dan membantu klien mengubah pikirannya yang irasional dengan mendiskusikannya secara terbuka dan terus terang
c.       Teknik rational emotive therapy
a. Teknik pengajaran
Dalam konseling rasional emotif konselor mengambil peranan lebih aktif dari klien. Maka dari itu teknik pengajaran disini memberikan keleluasaan kepada konselor untuk berbicaara serta menunjukkan sesuatau kepada klien, teruatama menunjukkan bagaimana ketidaklogisan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosional kepada klien.
b. Teknik konfrontasi
Dalam teknik konfrontasi ini, konselor menyerang ketidaklogisan berfikir klien dan membawa klien kearah berfikir logis empiris.
c. Teknik persuasif
Teknik persuasif, yaitu meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya, karena pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar. Konselor langsung mencoba meyakinkan dan mengemukakan berbagai argumentasi untuk memunjukkan apa yang diannggap oleh klien benar tidak bisa diterima atau tidak benar.
d. Teknik pemberian tugas
Dalam teknik ini konseor menugaskan klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata. Teknik ini bisa dilakukan dengan menugaskan kepada klien untuk bergaul kepada anggota masyarakat kalau mereka merasa dikucilkan dalam pergaulan, membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan cara berfikirnya

III.           Terapi prilaku (behavioral therapy)
a.     Konsep dasar terapi prilaku behavioral terapi tentang kepribadian
Dalam pandangan tentang hakekat manusia, terapi behavior menganggap bahwa pada dasarnya manusia bersifat mekanistik dan hidup dalam alam yang deterministik, dengan sedikit peran aktif untuk memilih martabatnya. Perilaku manusia adalah hasil respon terhadap lingkungan dengan kontrol yang terbatas dan melalui interaksi ini kemudian berkembang pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Dalam konsep behavior, perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi kondisi-kondisi belajar. Dengan demikian, terapi behavior hakekatnya merupakan aplikasi prinsip-prinsip dan teknik belajar secara sistematis dalam usaha menyembuhkan gangguan tingkah laku. Asumsinya bahwa gangguan tingkah laku itu diperoleh melalui hasil belajar yang keliru dan karenanya harus diubah melalui proses belajar, sehingga dapat lebih sesuai.
b.      Unsur-unsur terapi
1.      Munculnya gangguan
2.      Tujuan terapi
Tujuan utamanya menghilangkan tingkah laku yang salah dan mengantikannya dengan dengan tingkah laku yang baru yang lebih sesuai. Secara rinci tujuan tersebut adalah untuk:
  1. Menghapus pola-pola perilaku maladaptive anak dan membantu mereka mempelajari pola-pola tingkah laku yang lebih kontruksif
  2. Mengubah tingkah laku maladaptive anak
  3. Menciptakan kondisi-kondisi yang baru yang memungkinkan terjadi proses belajar ulang.
3.. peran terapi
     Dalam pendekatan behavior telah menempatkan pentingnya fungsi dan peranan konselor atau terapis sebagai pengajar. Secara aktif, direktif dan kreatif konselor atau terapis diharapkan mampu menerapkan pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya guna mengajarkan keterampilan-keterampilan baru sesuai permasalahan klien dan tujuan yang diinginkan. Fungsi lain yang juga harus ditegakkan oleh konselor atau terapis selama proses konseling atau terapis adalah melaksanakan assesmen dan penilaian secara terus menerus, menetapkan sasaran perubahan perilaku dan bagaimana mengajarkan untuk mencapainya, peka terhadap perubahan-perubahan yang terjad, serta membantu mengembangkan tujuan-tujuan pribadi dan sosialnya.
c.. teknik terapi
  1. Desentisisasi sistematis, yaitu suatu cara yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperbuat secara negatif dengan menyertakan pemunculan tingkah laku yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan. Salah satu caranya adalah dengan melatih anak untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman-pengalaman pembangkit kecemasan.
  2. Latihan asertif, yaitu latihan mempertahankan diri akibat perlakuan orang lain yang menimbulkan kecemasan, dengan cara mempertahankan hak dan harga dirinya. Dalam pelaksanan teknik ini, penting bagi konselor atau terapis untuk melayih keberanian anank untuk berkata atau menyatakan pikiran dan perasaan yang sesungguhnya secara tegas. Caranya dapat melalui bermain peran. Misalnya anak diminta untuk berperan sebagai orang tua yang galak dan konselor atau terapis sebagai anak yang pendiam. Kemudian peran tersebut dipertukarkan.
  3. Terapi aversi, yaitu digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk atau menghukum perilaku yang negatif dan memperkuat perilaku yang positif, dengan meningkatkan kepekaan klien agar mengganti respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Misalnya, anak yang suka mabuk, maka minumannya dicampur dengan obat tertentu yang dapat menjadikan pusing atau muntah
  4. Penghentian pikiran, teknik ini efektif digunakan untuk klien yang sangat cemas. Caranya, misalnya klien ditutup matanya sambil membayangkan dan mengatakan sesuatu yang menganggu dirinya.
  5. Kontrol diri, dilakukan untuk meningkatkan perhatian pada anak tugas-tugas tertentu, melalui prosedur self assessment, mencatat diri sendiri, menentukan tindakan diri sendiri dan menyusun dorongan diri sendiri
  6. Pekerjaan rumah, yaitu dengan memberikan tugas atau pekerjaan rumah kepada klien yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan situasi tertentu. Misalnya, kepada klien yang suka melawan ketika dimarahi orang tua, maka diberi tugas selama satu minggu untuk tidak menjawab ketika sedang dimarahi, kemudian hasilnya dievaluasi dan secara berangsur ditingkatkan.

Sumber:
Andi Mappiare AT. (2010). Pengantar Konseling dan Psikoterapi Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti. (2004) Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
Gerald Corey. (2010). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama.
Gerald Corey. (1997). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Eresco