A.
Empowerment stres & konflik
1.
Pengertian Empowerment
Adalah Pemberdayaan berasal dari kata daya yang mendapat
awalan ber- yang menjadi kata berdaya artinya memiliki atau mempunyai daya.
Daya artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan artinya
membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai
kekuatan. Pemberdayaan dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan
dari empowermentdalam bahasa inggris.
2.
Kunci efektifitas empowerment dalam manajemen
Penilaian
tentang efektifitas program menunjuk pada keberhasilan program dalam mencapai
tujuan ataupun mengatasi masalah yang dihadapi. Meningingat Poltekkes Depkes
Manado melaksanakan Fungsi administrasinya secara Lini dan Staf, maka seluruh
pegawai adalah yang melaksanakan fungsi-fungsi tersebut dan Direktur Poltekkes
sebagai pemegang jabatan tertinggi adalah pengambil keputusan menentukan hasil
akhir untuk mencapai hasil sesuai tujuan yang ingin yang ingin dicapai
3.
Pengertian Stres
Stres adalah
suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang
terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang
hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani
yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang
terkontrol secara sehat. Stress adalah istilah payung yang merangkumi tekanan,
beban, konflik, keletihan, ketegangan, panik, perasaan gemuruh, anxieti,
kemurungan dan hilang daya pertimbangan. Gejala stress ini terhasil apabila
seseorang itu merasa yang keperluan melebihi dari keupayaan atau sumber yang
ada pada dirinya. erasaan berkemampuan dan berkesan adalah mustahak pada
seseorang individu. Menyedari yang diri adalah cekap dan efektif (dalam
mencapai apa yang dihajati dan melaksanakan segala tanggungjawabnya) adalah
prasyarat penting pada kebanyakan individu profesional dalam penerimaan diri,
nilai diri yang positif dan kesejahteraan hidupnya. Jika kepentingan ini
terlampau kuat dalam diri seseorang itu, maka ia akan lebih cenderung kepada
stress yang dicipta dalam dirinya sendiri. Reaksi stress adalah unik kepada
individu itu. Apa yang kita definasikan sebagai stress, bagaimana kita beraksi
kepada stress dan bagaimana baiknya kita mengawal stress adalah bergantung
kepada bagaimana individu itu menerima dirinya dan orang lain. Seperti juga
penerimaan seseorang itu kepada kebahagiaan dalam kehidupan, ianya adalah
begitu subjektif. Faktor persepsi adalah penting dan bermistri. Kerap kali apa
yang dianggap racun kepada seseorang itu adalah madu pada orang lain. Sesuatu
ransangan luaran yang identikal itu boleh mengasilkan pengamatan yang berbeda
di antara dua individu yang berlainan dan seterusnya mengasilkan tindakbalas
yang berbeza. Sebab itulah ada orang yang cepat merebut peluang kerana dia
dapat melihat itu sebagai pembukaan kepada kejayaan, dan sebaliknya ada orang
membiarkan peluang yang sama berlalu kerana ia melihatnya sebagai punca kepada kerugian
atau kegagalan. Bagaimana kita mengamati kehidupan adalah ditentukan oleh cara
kita menerima diri sendiri. Oleh itu sesuatu realiti itu bukan dijadikan untuk
kita, tetapi dibentuk oleh kita sendiri. Bergantung kepada diri seseorang, ada
yang bangkit dengan cabaran dalam kesukaran kehidupan, ada yang menggelak, ada
yang terus bergelumang dengan kesukaran dan ada yang terus hilang daya
pertimbangan dengan manifetasi gangguan saraf, sistem kardiovaskular ataupun
kecelaruan psikiatri.
4.
Sumber stress pada manusia
Faktor
Lingkungan, Faktor Organisasi, Faktor Pribadi
5.
Pendekatan terhadap stress pada manusia
a.
Pendekatan
Individu
Seorang
karyawan dapat berusaha sendiri untuk mcngurangi level stresnya. Strategi yang
bersifat individual yang cukup efektif yaitu; pengelolaan waktu, latihan fisik,
latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka
seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan
kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh
agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain
itu untuk mengurangi sires yang dihadapi pekerja pcrlu dilakukan
kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai stratcgi terakhir untuk mengurangi stres
adalah dengan roengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat
memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
b.
Pendekatan
Perusahaan
Beberapa
penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi
yang scmuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu dapat
diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen
untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan,
penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif,
komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut
akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya
dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan
interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.
Secara umum strategi manajemen stres kerja dapat dikelompokkan mcnjadi strategi
penanganan individual, organisasional dan dukungan sosial (Margiati,
1999:77-78):
6.
Definisi Konflik
Konflik berasal
dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua
orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya
atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan
dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik dilatarbelakangi oleh
perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan
situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan
tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya
atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan
dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
7.
Jenis-jenis Konflik
a.
Konflik Dilihat dari Fungsi Berdasarkan fungsinya, Robbins (1996:430) membagi
konflik menjadi dua macam, yaitu: konflik fungsional (Functional Conflict) dan
konflik disfungsional (Dysfunctional Conflict). Konflik fungsional adalah
konflik yang mendukung pencapaian tujuan kelompok, dan memperbaiki kinerja
kelompok. Sedangkan konflik disfungsional adalah konflik yang merintangi
pencapaian tujuan kelompok. Menurut Robbins, batas yang menentukan apakah suatu
konflik fungsional atau disfungsional sering tidak tegas (kabur). Suatu konflik
mungkin fungsional bagi suatu kelompok, tetapi tidak fungsional bagi kelompok
yang lain. Begitu pula, konflik dapat fungsional pada waktu tertentu, tetapi
tidak fungsional di waktu yang lain. Kriteria yang membedakan apakah suatu
konflik fungsional atau disfungsional adalah dampak konflik tersebut terhadap
kinerja kelompok, bukan pada kinerja individu. Jika konflik tersebut dapat
meningkatkan kinerja kelompok, walaupun kurang memuaskan bagi individu, maka
konflik tersebutdikatakan fungsional. Demikian sebaliknya, jika konflik
tersebut hanya memuaskan individu saja, tetapi menurunkan kinerja kelompok maka
konflik tersebut disfungsional.
b.
Konflik Dilihat dari Pihak yang Terlibat di Dalamnya Berdasarkan pihak-pihak
yang terlibat di dalam konflik, Stoner dan Freeman (1989:393) membagi konflik
menjadi enam macam, yaitu:
1)
Konflik dalam diri individu (conflict within the individual). Konflik ini
terjadi jika seseorang harus memilih tujuan yang saling bertentangan, atau karena
tuntutan tugas yang melebihi batas kemampuannya.
2)
Konflik antar-individu (conflict among individuals). Terjadi karena perbedaan
kepribadian (personality differences) antara individu yang satu dengan individu
yang lain.
3)
Konflik antara individu dan kelompok (conflict among individuals and
groups). Terjadi jika individu gagal menyesuaikan diri dengan norma -
norma kelompok tempat ia bekerja.
4)
Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama (conflict among groups in the
same organization). Konflik ini terjadi karena masing - masing kelompok
memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing berupaya untuk mencapainya.
5)
Konflik antar organisasi (conflict among organizations). Konflik ini terjadi
jika tindakan yang dilakukan oleh organisasi menimbulkan dampak negatif bagi
organisasi lainnya. Misalnya, dalam perebutan sumberdaya yang sama.
6)
Konflik antar individu dalam organisasi yang berbeda (conflict among
individuals in different organizations). Konflik ini terjadi sebagai akibat
sikap atau perilaku dari anggota suatu organisasi yang berdampak negatif bagi
anggota organisasi yang lain. Misalnya, seorang manajer public
relations yang menyatakan keberatan atas pemberitaan yang dilansir seorang
jurnalis.
c.
Konflik Dilihat dari Posisi Seseorang dalam Struktur Organisasi, Winardi
(1992:174) membagi konflik menjadi empat macam, dilihat dari posisi seseorang
dalam struktur organisasi. Keempat jenis konflik tersebut adalah sebagai
berikut:
1)
Konflik vertikal, yaitu konflik yang terjadi antara karyawan yang memiliki
kedudukan yang tidak sama dalam organisasi. Misalnya, antara atasan dan
bawahan.
2)
Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjandi antara mereka yang memiliki
kedudukan yang sama atau setingkat dalam organisasi. Misalnya, konflik antar
karyawan, atau antar departemen yang setingkat.
3)
Konflik garis-staf, yaitu konflik yang terjadi antara karyawan lini yang
biasanya memegang posisi komando, dengan pejabat staf yang biasanya berfungsi
sebagai penasehat dalam organisasi.
4) Konflik
peran, yaitu konflik yang terjadi karena seseorang mengemban lebih dari satu
peran yang saling bertentangan. Di samping klasifikasi tersebut di atas, ada
juga klasifikasi lain, misalnya yang dikemukakan oleh Schermerhorn, et
al. (1982), yang membagi konflik atas: substantive
conflict, emotional conflict, constructive conflict,
dan destructive conflict.
8.
Proses Konflik
(1) oposisi atau ketidakcocokan
potensial;
(2) kognisi dan personalisasi;
(3) maksud;
(4) perilaku; dan
(5) hasil.
Oposisi atau ketidakcocokan potensial
adalah adanya kondisi yang mencipta-kan kesempatan untuk munculnya koinflik.
Kondisi ini tidak perlu langsung mengarah ke konflik, tetapi salah satu kondisi
itu perlu jika konflik itu harus muncul.
Kondisi tersebut dikelompokkan dalam kategori: komunikasi, struktur, dan variabel pribadi. Komunikasi yang buruk merupakan alasan utama dari konflik, selain itu masalah-masalah dalam proses komunikasi berperan dalam menghalangi kolaborasi danmerangsangkesalahpahaman.
Struktur juga bisa menjadi titik awal dari konflik. Struktur dalam hal ini meliputi: ukuran, derajat spesialisasi dalam tugas yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan jurisdiksi, kecocokan anggotatujuan, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, danderajatketergantunganantarakelompok-kelompok.
Variabel pribadi juga bisa menjadi titik awal dari konflik. Pernahkah kita mengalami situasi ketika bertemu dengan orang langsung tidak menyukainya? Apakah itu kumisnya, suaranya, pakaiannya dan sebagainya. Karakter pribadi yang mencakup sistem nilai individual tiap orang dan karakteristik kepribadian, serta perbedaan individual bisa menjadi titik awal dari konflik. Kognisi dan personalisasi adalah persepsi dari salah satu pihak atau masing-masing pihak terhadap konflik yang sedang dihadapi. Kesadaran oleh satu pihak atau lebih akan eksistensi kondisi-kondisi yang menciptakan kesempatan untuk timbulnya konflik. Bilamana hal ini terjadi dan berlanjut pada tingkan terasakan, yaitu pelibatan emosional dalam suatu konflik yang akan menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi dan pemusuhan. Maksudnya adalah keputusan untuk bertindak dalam suatu cara tertentu dari pihak-pihak yang berkonflik. Maksud dari pihak yang berkonflik ini akan tercermin atau terwujud dalam perilaku, walaupun tidak selalu konsisten.
Kondisi tersebut dikelompokkan dalam kategori: komunikasi, struktur, dan variabel pribadi. Komunikasi yang buruk merupakan alasan utama dari konflik, selain itu masalah-masalah dalam proses komunikasi berperan dalam menghalangi kolaborasi danmerangsangkesalahpahaman.
Struktur juga bisa menjadi titik awal dari konflik. Struktur dalam hal ini meliputi: ukuran, derajat spesialisasi dalam tugas yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan jurisdiksi, kecocokan anggotatujuan, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, danderajatketergantunganantarakelompok-kelompok.
Variabel pribadi juga bisa menjadi titik awal dari konflik. Pernahkah kita mengalami situasi ketika bertemu dengan orang langsung tidak menyukainya? Apakah itu kumisnya, suaranya, pakaiannya dan sebagainya. Karakter pribadi yang mencakup sistem nilai individual tiap orang dan karakteristik kepribadian, serta perbedaan individual bisa menjadi titik awal dari konflik. Kognisi dan personalisasi adalah persepsi dari salah satu pihak atau masing-masing pihak terhadap konflik yang sedang dihadapi. Kesadaran oleh satu pihak atau lebih akan eksistensi kondisi-kondisi yang menciptakan kesempatan untuk timbulnya konflik. Bilamana hal ini terjadi dan berlanjut pada tingkan terasakan, yaitu pelibatan emosional dalam suatu konflik yang akan menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi dan pemusuhan. Maksudnya adalah keputusan untuk bertindak dalam suatu cara tertentu dari pihak-pihak yang berkonflik. Maksud dari pihak yang berkonflik ini akan tercermin atau terwujud dalam perilaku, walaupun tidak selalu konsisten.
B.
Komunikasi dalam Manajemen
1.
Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah
"suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa
orang, kelompok, organisasi,dan masyarakat menciptakan,dan
menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang
lain".Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua
belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,
menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.
2.
Proses Komunikasi
Komunikator
(sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan
suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa
informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa
dimengerti kedua pihak.
Pesan
(message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik
secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung
melalui telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.
media
(channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke komunikan.
Komunikan
(receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang
diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri.
Komunikan
(receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang
dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud
oleh si pengirim.
3.
Hambatan dalam komunikasi
HAMBATAN
FISIK DALAM PROSES KOMUNIKASI
Merupakan
jenis hambatan berupa fisik, misalnya cacat pendengaran (tuna rungu), tuna
netra, tuna wicara. Maka dalam hal ini baik komunikator maupun komunikan harus
saling berkomunikasi secara maksimal. Bantuan panca indera juga berperan
penting dalam komunikasi ini.
Contoh:
Apabila terdapat seorang perawat dengan pasien berusia lanjut. Dalam hal ini
maka perawat harus bersikap lembut dan sopan tapi bukan berarti tidak pada
pasien lain. Perawat harus lebih memaksimalkan volume suaranya apabila ia
berbicara pada pasien tuna rungu. Begitu pula halnya dengan si pasien. Apabila
si pasien menderita tuna wicara maka sebaiknya ia mengoptimalkan panca
inderanya (misal: gerakan tangan, gerakan mulut) agar si komunikan bisa
menangkap apa yang ia ucapkan. Atau si pasien tuna wicara isa membawa rekan
untuk menerjemahkan pada si komunikan apa yang sebetulnya ia ucapkan.
HAMBATAN
SEMANTIK DALAM PROSES KOMUNIKASI
Semantik
adalah pengetahuan tentang pengertian atau makna kata (denotatif). Jadi
hambatan semantik adalah hambatan mengenai bahasa, baik bahasa yang digunakan
oleh komunikator, maupun komunikan.
Hambatan
semantik dibagi menjadi 3, diantaranya:
Salah
pengucapan kata atau istilah karena terlalu cepat berbicara.
contoh:
partisipasi menjadi partisisapi
Adanya
perbedaan makna dan pengertian pada kata-kata yang pengucapannya sama
Contoh:
bujang (Sunda: sudah; Sumatera: anak laki-laki)
Adanya
pengertian konotatif
Contoh:
secara denotative, semua setuju bahwa anjing adalah binatang berbulu, berkaki
empat. Sedangkan secara konotatif, banyak orang menganggap anjing sebagai
binatang piaraan yang setia, bersahabat dan panjang ingatan.
Jadi
apabila ini disampaikan secara denotatif sedangkan komunikan menangkap secara
konotatif maka komunikasi kita gagal.
HAMBATAN
PSIKOLOGIS DALAM PROSES KOMUNIKASI
Disebut
sebagai hambatan psikologis karena hambatan-hambatan tersebut merupakan
unsur-unsur dari kegiatan psikis manusia.
Hambatan
psikologi dibagi menjadi 4 :
Perbedaan
kepentingan atau interest
Kepentingan
atau interst akan membuat seseorang selektif dalam menganggapi atau menghayati
pesan. Orang hanya akan memperhatikan perangsang (stimulus) yang ada
hubungannya dengan kepentingannya. Effendi (1981: 43) mengemukakan secara
gamblang bahwa apabila kita tersesat dalam hutan dan beberapa hari tak menemui
makanan sedikitpun, maka kita akan lebih memperhatikan perangsang-perangsang
yang mungkin dapat dimakan daripada yang lain. Andaikata dalam situasi demikian
kita dihadapkan pada pilihan antara makanan dan sekantong berlian, maka
pastilah kita akan meilih makanan. Berlian baru akan diperhatikan kemudian.
Lebih jauh Effendi mengemukakan, kepentingan bukan hanya mempengaruhi kita saja
tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita.
Sebagaimana
telah dibahas sebelumnya, komunikan pada komunikasi massa bersifat heterogen.
Heterogenitas itu meliputi perbedaan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan
yang keseluruhannya akan menimbulkan adanya perbedaan kepentingan. Kepentingan
atau interest komunikan dalam suatu kegiatan komunikasi sangat ditentukan oleh
manfaat atau kegunaan pesan komunikasi itu bagi dirinya. Dengan demikian,
komunikan melakukan seleksi terhadap pesan yang diterimanya.
Kondisi
komunikan seperti ini perlu dipahami oleh seorang komunikator. Masalahnya,
apabila komunikator ingin agar pesannya dapat diterima dan dianggap penting
oleh komunikan, maka komunikator harus berusaha menyusun pesannya sedemikian
rupa agar menimbulkan ketertarikan dari komunikan.
Prasangka
Menurut Sears, prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang atau
kelompok lain, dan sikap serta perilakunya terhadap mereka. Untuk memperoleh
gambaran yang jelas mengenai prasangka, maka sebaiknya kita bahas terlebih
dahulu pengertian persepsi.
4.
Komunikasi Interpersonal :
a.
Componential
Definisi
berdasarkan komponen menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati
komponen-komponen utamanya dalam hal ini, peyampaian pesan oleh satu orang dan
penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai
dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.
b.
Situasional
Situasi
yang menyenangkan akan menciptakan komunikasi yang menyenangkan pula, dan akan
menimbulkan persepsi yang baik pula. Karena pada dasarnya sikap emosi akan
mudah terpancing saat berada pada situasi yang salah, sehingga akan membentuk
persepsi dimana ego akan lebih mendominasi. Persepsi adalah pengalaman tentang
objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (
Desiderato, 1976:129 ). Jalaludin Rakhmat dalam bukunya ( Psikologi
Komunikasi 2009:56 ) menyebutkan beberapa faktor dalam pembentukan persepsi
manusia. Yang pertama faktor Fungsional, berasal dari kebutuhan serta
pengalaman masa lalu. Dalam hal ini Krech danCruthfield juga
merumuskan, persepsi bersifat selektif secara fungsional, objek yang
mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek yang memenuhi tujuan
individu yang melakukan persepsi. Beberapa contoh adalah faktor kebutuhan,
kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya terhadap
persepsi, serta faktor biologis juga menyebabkan persepsi yang berbeda. Kedua
merupakan faktor Stuktural, berasal dari sifat stimuli fisik dan efek
saraf yang ditimbulkanya pada sistem saraf individu. Dari pemaparan diatas
dapat dipahami, persepsi merupakan keadaan dimana manusia dapat memberi
penilaian terhadap suatu objek dan peristiwa yang sedang dihadapi. Oleh sebab
itu faktor situasional akan berpengaruh besar terhadap proses terbentuknya
persepsi. Dalam situasi yang menyenangkan akan menimbulkan persepsi yang
menyenangkan, begitu pula sebaliknya, jika berada pada situasi yang salah maka
akan terbentuk persepsi yang salah pula, serta akan menjadi penghambat dalam
proses komunikasi yang terjadi.
5.
Model pengolahan informasi komunikasi
a. Rational : Proses informasi adalah proses menerima, menyimpan dan mengungkap kembali informasi. Dalam proses pembelajaran, proses menerima informasi terjadi pada saat siswa menerima pelajaran. Proses menyimpan informasi terjadi pada saat siswa harus menghafal, memahami, dan mencerna pelajaran. Sedangkan proses mengungkap kembali informasi terjadi pada saat siswa menempuh ujian atau pada saat siswa harus menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
b..Limited capacity: : komunikasi terbatas sering menimbulkan kekacauan komunikasi seperti salah pengertian akan maksud yang disampaikan .
c.. Expert:
: komunikasi adalah
sebuah ketrampilan yang bisa dipelajari dan dikuasai oleh siapapun, sama
seperti halnya keterampilan-ketrampilan lainnya
Saat ini kita hidup di era yang
sangat menarik, di mana banyak diajarkan hal-hal yang akan menjadikan
ketrampilan komunikasi kita semakin canggih, antara lain hipnotis/hipnosis, nlp
(neuro language program), dan lain sebagainya
d..Cybermetic: sistim yang memandang terdapatnya suatu
hubungan yang saling menggantungkan dalam unsur atau komponen yang ada dalam
sistim
6. model interaktif manajemen dalam komunikasi
a. confidence: merupakan bagian integral dari keyakinan budaya seseorang dan mempengaruhi keyakinan klien terhadap penyakitnya.
b. immediacy: memberikan pengaruh fresh terhadap informasi yang disampaikan .
c.interaction manajemen: interaksi manajemen dalam komunikasi memberi pengaruh yang sangat besar dalam peroses pengelolaan komunikasi.
d. expresiviness: juga memberikan pengaruh yg sangat besar juga dalam pengelolaan informasi komunikasi manajemen
e. other orientation: orientasi lainnya hanya sebagai pendukung saja.
DAFTAR PUSTAKA
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/komunikasi-interpersonal-definisi.html
, Diakses pada tanggal 31 Mei 2012 pukul 18.56 WIB.
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya,
1991, hal. 129
Tidak ada komentar:
Posting Komentar